Kaderisasi
Ulama dan Intelektual sejak dini untuk menghadapi masa depan penuh keberkahan
Klik Disini

Calon Jemaah Haji Asal Lebak Menolak Berangkat karena Merasa Banyak Dosa

Lebak, 24 Mei 2025 — Sebuah video yang memperlihatkan momen mengharukan seorang calon jemaah haji asal Kabupaten Lebak, Banten, menolak keberangkatan ke Tanah Suci secara tiba-tiba menjadi viral di media sosial.

Video berdurasi sekitar 1 menit 30 detik ini menampilkan Saripudin, seorang pria lanjut usia yang mengenakan pakaian ihram, tampak enggan melanjutkan perjalanan ibadah haji. Kejadian ini berlangsung di ruang tunggu bandara sebelum keberangkatan menuju Makkah.

Dalam video yang tersebar luas di berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook, Saripudin tampak dikelilingi oleh petugas haji dan sesama jemaah yang berusaha membujuknya untuk tetap melaksanakan ibadah haji.

Namun, dengan suara bergetar dan penuh ketulusan, Saripudin menyampaikan alasannya menolak berangkat:

“Abah takut, Abah banyak dosa. Abah enggak mau ke sana kalau masih banyak dosa.”

Ucapan tersebut mengundang simpati dan empati luas dari para netizen di seluruh Indonesia. Banyak yang memuji kesadaran spiritual dan ketulusan hati Saripudin yang mengakui keterbatasan dirinya di hadapan Sang Pencipta.

Petugas penyelenggara haji dan jamaah lain mencoba meyakinkan Saripudin bahwa ibadah haji adalah jalan untuk menghapus dosa dan memohon ampunan Allah SWT. Mereka mengingatkan bahwa keberangkatan ke Tanah Suci merupakan kesempatan mulia untuk menyucikan diri.

Meski demikian, Saripudin tetap pada keputusan hatinya yang enggan melanjutkan perjalanan. Ia memilih untuk menunggu dan mungkin memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum menjalankan ibadah haji.

Berita ini langsung menjadi perhatian masyarakat luas dan memunculkan berbagai reaksi di media sosial. Ada yang menganggap peristiwa ini sebagai pelajaran spiritual mendalam, sementara sebagian lainnya merasa sedih karena prosesi ibadah haji yang telah dipersiapkan lama harus tertunda.

Pemberangkatan jemaah haji Indonesia pada tahun 2025 sudah dimulai sejak awal Mei. Provinsi Banten, termasuk Kabupaten Lebak, menjadi bagian dari kloter-kloter awal yang diberangkatkan dari embarkasi Pondok Gede dan Kertajati.

Kementerian Agama dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik demi kelancaran ibadah para jemaah.

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari Kementerian Agama atau PPIH terkait status keberangkatan Saripudin, apakah ia memutuskan untuk berangkat atau menunda ibadah hajinya.

Kisah Saripudin mengingatkan kita bahwa ibadah haji bukan hanya tentang fisik dan perjalanan, tapi juga kesiapan spiritual dan mental dalam menyambut panggilan Allah SWT. Semoga semua calon jemaah haji Indonesia dapat melaksanakan ibadah ini dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan jiwa yang siap menghadapi segala ujian.

Sharing is caring

Haul Walisongo 2025 Akan Diselenggarakan di Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah

Parung, 29 Juni 2025 — Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah akan menyelenggarakan acara Haul Walisongo pada tanggal 29 Juni 2025, mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai. Acara ini merupakan wujud penghormatan dan doa bersama untuk mengenang jasa para Walisongo sebagai para penyebar agama Islam di Nusantara.

Selain haul Walisongo secara umum, pada kesempatan ini juga akan digelar haul keluarga pesantren yang meliputi para tokoh penting seperti Sunan Ampel, Sunan Drajat, Sayyid Qinan, KH. Abdul Karim Tebuwung, KH. Muhammad Zahid Tebuwung, dan Nyai Mas Amirah Sidayu. Tak ketinggalan, haul walisantri juga akan menjadi bagian dari rangkaian kegiatan haul tahun ini sebagai bentuk penghormatan terhadap para santri yang telah berjuang di pesantren.

Acara haul akan diisi dengan rangkaian dzikir, tausiyah, pembacaan sejarah Walisongo dan keluarga pesantren, serta doa bersama yang bertujuan memperkuat ukhuwah islamiyah dan keimanan umat.

Kami berkesempatan mewawancarai Pengasuh Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah, Buya KH. M. Munawwir Al-Qosimi, terkait makna dan pentingnya haul ini.

Wawancara Eksklusif dengan Buya KH. M. Munawwir Al-Qosimi

Apa makna haul Walisongo bagi Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah?

“Haul Walisongo bagi kami adalah momen sakral untuk mengenang dan meneladani perjuangan para wali yang telah berjasa menyebarkan Islam dengan kasih sayang dan hikmah. Para Walisongo adalah teladan dakwah yang moderat dan toleran. Melalui haul ini, kami berharap semangat perjuangan mereka tetap hidup dalam diri santri dan umat Islam pada umumnya.”

Apa yang menjadi harapan Buya dalam pelaksanaan Haul Walisongo tahun ini?

“Saya berharap acara haul ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi menjadi ajang penguat keimanan, mempererat tali ukhuwah, serta inspirasi bagi kita semua untuk terus menjaga tradisi Islam yang damai dan penuh rahmat.”

Apa pesan Buya untuk masyarakat yang akan menghadiri acara haul?

“Saya mengajak seluruh masyarakat, khususnya jamaah pesantren dan para santri, untuk hadir dengan hati yang ikhlas. Mari kita jadikan haul ini sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan memperkokoh ukhuwah Islamiyah di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.”

Acara Haul Walisongo 2025 di Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah terbuka untuk umum. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui kontak resmi pesantren.

Jangan lewatkan kesempatan berharga ini untuk bersama-sama mengenang para Walisongo, keluarga pesantren, dan walisantri serta memperkuat iman!

Sharing is caring

Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Pesantren Jadi Sorotan Nasional

Jakarta – Isu peningkatan mutu pendidikan di lingkungan pesantren tengah menjadi perhatian publik setelah viralnya video santri berprestasi internasional dari pesantren tradisional yang menyampaikan orasi ilmiah dalam tiga bahasa: Arab, Inggris, dan Indonesia. Momen tersebut menyulut gelombang dukungan dan sorotan terhadap pentingnya peningkatan kualitas pendidikan berbasis pesantren di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pesantren yang tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga mulai mengembangkan sistem pendidikan terpadu berbasis kurikulum nasional dan internasional. Hal ini dianggap sebagai langkah strategis untuk menjawab tantangan zaman sekaligus menjaga identitas keislaman dan kebangsaan.

Viralnya video tersebut mendorong berbagai kalangan—dari akademisi, tokoh masyarakat, hingga pemerintah—untuk menyoroti urgensi peningkatan mutu pendidikan di pesantren. Bahkan, Kementerian Agama RI turut angkat bicara.

“Kita sedang dalam proses memperkuat pendidikan pesantren melalui transformasi digital, peningkatan kompetensi guru, serta pengembangan kurikulum integratif yang menggabungkan keunggulan ilmu agama dan ilmu umum,” ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, dalam konferensi pers baru-baru ini.

Sementara itu, beberapa pesantren besar seperti Pondok Modern Gontor, Tebuireng, Sunan Drajat al-Qosimiyyah, hingga Al-Falah Ploso disebut sebagai contoh sukses pesantren yang mampu mencetak lulusan berdaya saing tinggi tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional.

Namun, di balik keberhasilan tersebut, masih terdapat tantangan besar: minimnya fasilitas, keterbatasan SDM pendidik, dan ketimpangan akses teknologi di pesantren pedesaan. Banyak pihak menyerukan perlunya kolaborasi antara pemerintah, ormas Islam, dunia usaha, dan masyarakat untuk mendorong akselerasi mutu pendidikan pesantren secara merata.

Tagar seperti #PesantrenBerdaya, #SantriMendunia, dan #RevolusiPendidikanPesantren sempat menjadi trending topic di media sosial, menunjukkan antusiasme masyarakat dalam mendukung pesantren sebagai pilar utama pendidikan Islam di Indonesia.

Para santri dan pengasuh berharap perhatian yang sedang viral ini tidak berhenti pada wacana, tetapi ditindaklanjuti dengan kebijakan nyata, pendanaan memadai, dan pelatihan berkelanjutan untuk mewujudkan pesantren sebagai pusat keunggulan pendidikan nasional.

Sharing is caring