Kaderisasi
Ulama dan Intelektual sejak dini untuk menghadapi masa depan penuh keberkahan
Klik Disini

Penyembelihan dan Pembagian Kurban di Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah: Wujud Ketakwaan dan Kepedulian Sosial

Parung, Suasana penuh berkah dan kebersamaan menyelimuti Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah (PSDQ) pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Pada hari yang mulia ini, PSDQ dengan penuh rasa syukur melaksanakan penyembelihan dan pembagian hewan kurban sebagai bagian dari syiar Islam dan wujud ketakwaan kepada Allah SWT.

Tahun ini, PSDQ berkesempatan menyalurkan amanah kurban dari tiga shohibul qurban yang dermawan, yaitu Almarhum Bapak Yatmudi bin Selosuwarso, Ibu Hj. Yudiah binti Hardjoprawiro, dan Bapak Achmad Dailami bin Achmad Taufiq. Tiga ekor kambing telah disembelih sesuai syariat Islam, oleh Buya Munawwir al-Qosimi, pengasuh PSDQ, dengan niat ikhlas memohon ridha Allah SWT dan pahala bagi para almarhum dan shohibul qurban.

Proses penyembelihan berlangsung dengan khidmat, disaksikan oleh para santri, asatidz, dan beberapa perwakilan masyarakat sekitar. Dengan mengucapkan Basmalah dan takbir, penyembelihan dilakukan oleh ustaz yang berkompeten, memastikan hewan disembelih secara halal dan sesuai tuntunan agama.

Ibadah kurban merupakan salah satu syiar Islam yang sangat ditekankan, memiliki landasan kuat dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kautsar ayat 2:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya: “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.”

Ayat ini secara eksplisit memerintahkan kita untuk berkurban sebagai bentuk syukur dan ketaatan kepada Allah SWT. Selain itu, dalam Surah Al-Hajj ayat 34, Allah SWT juga berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”

Rasullah saw. bersabda “Tidak ada amalan anak Adam yang paling dicintai Allah pada hari raya Idul Adha melebihi berkurban. Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sungguh darah kurban itu akan sampai kepada Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka berbahagialah dengannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang melaksanakan ibadah kurban dengan ikhlas.

Setelah proses penyembelihan selesai, seluruh daging kurban segera diolah dan dipersiapkan untuk didistribusikan. Dengan semangat kebersamaan, para santri turut serta membantu dalam proses penimbangan dan pengemasan daging.

Daging kurban ini didistribusikan kepada dua golongan utama: para santri Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah dan masyarakat sekitar yang tinggal di lingkungan PSDQ. Pembagian ini merupakan wujud nyata dari kepedulian sosial pesantren dan upaya untuk berbagi kebahagiaan serta keberkahan Idul Adha dengan sesama, khususnya bagi mereka yang membutuhkan.

Para santri menerima bagian daging kurban dengan gembira, yang akan menjadi tambahan asupan gizi dan berkah bagi mereka selama menuntut ilmu. Sementara itu, masyarakat sekitar juga menyambut baik pembagian daging kurban ini, yang semakin mempererat tali silaturahmi antara pesantren dan warga.

Segenap keluarga besar Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah mengucapkan Jazakumullah Khairan Katsiran kepada Almarhum Bapak Yatmudi bin Selosuwarso (semoga Allah menerima amal ibadahnya dan melapangkan kuburnya), Ibu Hj. Yudiah binti Hardjoprawiro, dan Bapak Achmad Dailami bin Achmad Taufiq atas keikhlasan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada PSDQ dalam menyalurkan ibadah kurban ini.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kurban Bapak/Ibu sekalian, melimpahkan pahala yang berlipat ganda, serta menjadikan setiap tetes darah kurban sebagai saksi kebaikan di hari akhir kelak. Semoga keberkahan senantiasa menyertai keluarga Bapak/Ibu dan seluruh kaum muslimin.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia, santri, dan masyarakat yang telah membantu kelancaran pelaksanaan ibadah kurban ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan pahala yang berlimpah.

Pesantren Kembangkan Budidaya Lele, Bentuk Kemandirian Ekonomi Santri

Program budidaya lele ini juga mendapat dukungan dari para wali santri dan masyarakat sekitar. Selain menambah pemasukan untuk pesantren, kegiatan ini turut memperkuat semangat ekonomi berbasis kemandirian dan gotong royong.

Santri yang tergabung dalam unit budidaya ini mengaku antusias dan merasa mendapatkan pengalaman baru yang sangat bermanfaat. “Kami belajar banyak, bukan hanya agama, tapi juga bagaimana memelihara ikan, mengatur waktu, bahkan menghitung biaya dan keuntungan,” ungkap salah satu santri kelas Aliyah.

Parung, Bogor – Dalam upaya membangun kemandirian ekonomi serta menanamkan jiwa wirausaha kepada para santri, Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah Parung Bogor memulai program budidaya ikan lele sebagai salah satu kegiatan produktif pesantren.

Program ini dilaksanakan di lahan pesantren dengan sistem kolam terpal yang hemat biaya dan efisien dalam perawatan. Para santri secara aktif dilibatkan dalam setiap tahap proses, mulai dari persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan, hingga panen dan pemasaran hasil lele.

“Budidaya lele ini bukan hanya untuk konsumsi pesantren, tetapi juga menjadi sarana edukasi dan pelatihan kewirausahaan bagi para santri,” ujar Abuya KH. M. Munawwir Al-Qosimi, pendiri dan pengasuh pesantren. Beliau menambahkan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bekal keterampilan hidup (life skill) bagi santri setelah lulus nanti.

Ke depan, pihak pesantren berencana memperluas budidaya ke jenis ikan lainnya dan mengembangkan unit olahan lele seperti abon, keripik, dan lele asap untuk menambah nilai jual.

Program ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pembinaan spiritual, tetapi juga bisa menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan keterampilan santri secara berkelanjutan.

Kuasai Kitab Kuning dengan Metode Sunan Ampel yang Dikemas Klasik dan Modern

Parung, 26 Mei 2025 – Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah yang berlokasi di Parung, Bogor, terus menunjukkan komitmen kuat dalam melestarikan tradisi keilmuan Islam dengan penguasaan kitab kuning sebagai basis utama pendidikan santri. Pesantren ini menerapkan metode pembelajaran yang dikenal sebagai metode Sunan Ampel, sebuah pendekatan klasik yang diwariskan secara turun-temurun dan kini dikemas dengan sentuhan modern untuk menjawab tantangan zaman.

Metode Sunan Ampel yang diterapkan di pesantren ini dikenal dengan pendekatan bertahap yang sistematis. Metode ini menekankan pengenalan terhadap lafaz Arab, pemahaman makna, hingga pendalaman ilmu nahwu, sharaf, fikih, dan tafsir secara mendalam.

“Metode ini memadukan antara pendekatan klasik dengan filosofi pembelajaran yang dikenal dengan istilah ‘utawi’ dan ‘iku’ dalam bahasa Jawa. ‘Utawi’ berarti ‘atau’, ‘iku’ berarti ‘itu’. Pendekatan ini mengajarkan santri untuk memahami variasi bacaan dan makna dengan cara kontekstual, bukan sekadar hafalan,” jelas Buya KH. M. Munawwir Al-Qosimi, pengasuh Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah.

Selain mempertahankan metode klasik, pesantren ini juga mengadopsi teknologi digital dalam proses pembelajaran. Penggunaan aplikasi pembelajaran, video tutorial interaktif, hingga media sosial sebagai sarana diskusi menjadi bagian dari metode modern yang diterapkan.

“Perpaduan metode klasik dan modern ini membuat santri tidak hanya menguasai kitab kuning secara teori, tetapi juga mampu mengimplementasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan pemahaman yang lebih kontekstual,” lanjut Buya Munawwir.

Dalam wawancara khusus, Buya Munawwir menyampaikan bahwa tantangan terbesar dalam pembelajaran kitab kuning saat ini adalah minat dan metode belajar generasi muda yang semakin berubah.

“Kita tidak bisa hanya terpaku pada metode lama. Santri zaman sekarang butuh cara belajar yang lebih menarik dan interaktif. Oleh karena itu, kami berusaha mengemas pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan yang relevan, tetap mempertahankan nilai-nilai klasik namun juga responsif terhadap perkembangan teknologi,” tuturnya.

Lebih lanjut, Buya Munawwir berharap agar para santri tidak hanya menjadi penghafal kitab, tetapi juga dapat mengembangkan pemikiran kritis dan menerapkan ilmu tersebut dalam dakwah dan kehidupan bermasyarakat.

Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah telah melahirkan banyak alumni yang kini aktif sebagai ulama, pendidik, dan penggerak dakwah di berbagai daerah. Mereka menjadi bukti nyata keberhasilan metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan pesantren ini.

Ke depan, pesantren berencana memperluas pelatihan intensif dalam membaca, menulis, dan memahami kitab kuning dengan teknik tajwid, balaghah, dan sharaf yang tepat. Selain itu, pesantren juga akan mengembangkan laboratorium digital untuk pembelajaran kitab secara online agar santri dari berbagai daerah bisa mengakses ilmu dengan mudah. Wallahu Alam

Calon Jemaah Haji Asal Lebak Menolak Berangkat karena Merasa Banyak Dosa

Lebak, 24 Mei 2025 — Sebuah video yang memperlihatkan momen mengharukan seorang calon jemaah haji asal Kabupaten Lebak, Banten, menolak keberangkatan ke Tanah Suci secara tiba-tiba menjadi viral di media sosial.

Video berdurasi sekitar 1 menit 30 detik ini menampilkan Saripudin, seorang pria lanjut usia yang mengenakan pakaian ihram, tampak enggan melanjutkan perjalanan ibadah haji. Kejadian ini berlangsung di ruang tunggu bandara sebelum keberangkatan menuju Makkah.

Dalam video yang tersebar luas di berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook, Saripudin tampak dikelilingi oleh petugas haji dan sesama jemaah yang berusaha membujuknya untuk tetap melaksanakan ibadah haji.

Namun, dengan suara bergetar dan penuh ketulusan, Saripudin menyampaikan alasannya menolak berangkat:

“Abah takut, Abah banyak dosa. Abah enggak mau ke sana kalau masih banyak dosa.”

Ucapan tersebut mengundang simpati dan empati luas dari para netizen di seluruh Indonesia. Banyak yang memuji kesadaran spiritual dan ketulusan hati Saripudin yang mengakui keterbatasan dirinya di hadapan Sang Pencipta.

Petugas penyelenggara haji dan jamaah lain mencoba meyakinkan Saripudin bahwa ibadah haji adalah jalan untuk menghapus dosa dan memohon ampunan Allah SWT. Mereka mengingatkan bahwa keberangkatan ke Tanah Suci merupakan kesempatan mulia untuk menyucikan diri.

Meski demikian, Saripudin tetap pada keputusan hatinya yang enggan melanjutkan perjalanan. Ia memilih untuk menunggu dan mungkin memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum menjalankan ibadah haji.

Berita ini langsung menjadi perhatian masyarakat luas dan memunculkan berbagai reaksi di media sosial. Ada yang menganggap peristiwa ini sebagai pelajaran spiritual mendalam, sementara sebagian lainnya merasa sedih karena prosesi ibadah haji yang telah dipersiapkan lama harus tertunda.

Pemberangkatan jemaah haji Indonesia pada tahun 2025 sudah dimulai sejak awal Mei. Provinsi Banten, termasuk Kabupaten Lebak, menjadi bagian dari kloter-kloter awal yang diberangkatkan dari embarkasi Pondok Gede dan Kertajati.

Kementerian Agama dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik demi kelancaran ibadah para jemaah.

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari Kementerian Agama atau PPIH terkait status keberangkatan Saripudin, apakah ia memutuskan untuk berangkat atau menunda ibadah hajinya.

Kisah Saripudin mengingatkan kita bahwa ibadah haji bukan hanya tentang fisik dan perjalanan, tapi juga kesiapan spiritual dan mental dalam menyambut panggilan Allah SWT. Semoga semua calon jemaah haji Indonesia dapat melaksanakan ibadah ini dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan jiwa yang siap menghadapi segala ujian.

Haul Walisongo 2025 Akan Diselenggarakan di Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah

Parung, 29 Juni 2025 — Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah akan menyelenggarakan acara Haul Walisongo pada tanggal 29 Juni 2025, mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai. Acara ini merupakan wujud penghormatan dan doa bersama untuk mengenang jasa para Walisongo sebagai para penyebar agama Islam di Nusantara.

Selain haul Walisongo secara umum, pada kesempatan ini juga akan digelar haul keluarga pesantren yang meliputi para tokoh penting seperti Sunan Ampel, Sunan Drajat, Sayyid Qinan, KH. Abdul Karim Tebuwung, KH. Muhammad Zahid Tebuwung, dan Nyai Mas Amirah Sidayu. Tak ketinggalan, haul walisantri juga akan menjadi bagian dari rangkaian kegiatan haul tahun ini sebagai bentuk penghormatan terhadap para santri yang telah berjuang di pesantren.

Acara haul akan diisi dengan rangkaian dzikir, tausiyah, pembacaan sejarah Walisongo dan keluarga pesantren, serta doa bersama yang bertujuan memperkuat ukhuwah islamiyah dan keimanan umat.

Kami berkesempatan mewawancarai Pengasuh Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah, Buya KH. M. Munawwir Al-Qosimi, terkait makna dan pentingnya haul ini.

Wawancara Eksklusif dengan Buya KH. M. Munawwir Al-Qosimi

Apa makna haul Walisongo bagi Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah?

“Haul Walisongo bagi kami adalah momen sakral untuk mengenang dan meneladani perjuangan para wali yang telah berjasa menyebarkan Islam dengan kasih sayang dan hikmah. Para Walisongo adalah teladan dakwah yang moderat dan toleran. Melalui haul ini, kami berharap semangat perjuangan mereka tetap hidup dalam diri santri dan umat Islam pada umumnya.”

Apa yang menjadi harapan Buya dalam pelaksanaan Haul Walisongo tahun ini?

“Saya berharap acara haul ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi menjadi ajang penguat keimanan, mempererat tali ukhuwah, serta inspirasi bagi kita semua untuk terus menjaga tradisi Islam yang damai dan penuh rahmat.”

Apa pesan Buya untuk masyarakat yang akan menghadiri acara haul?

“Saya mengajak seluruh masyarakat, khususnya jamaah pesantren dan para santri, untuk hadir dengan hati yang ikhlas. Mari kita jadikan haul ini sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan memperkokoh ukhuwah Islamiyah di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.”

Acara Haul Walisongo 2025 di Pesantren Sunan Drajat Al-Qosimiyyah terbuka untuk umum. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui kontak resmi pesantren.

Jangan lewatkan kesempatan berharga ini untuk bersama-sama mengenang para Walisongo, keluarga pesantren, dan walisantri serta memperkuat iman!

Fiqih Sunan Drajat: Pilar Sosial dan Keadilan dalam Islam Nusantara

Pendahuluan

Sunan Drajat, yang memiliki nama asli Raden Qosim, adalah salah satu dari Walisongo yang terkenal sebagai da’i besar di pesisir utara Jawa Timur, khususnya di daerah Paciran, Lamongan. Berbeda dengan sebagian Wali lainnya yang menonjol dalam bidang tasawuf, seni, atau filsafat, Sunan Drajat sangat dikenal melalui dakwah sosial dan pendekatan fiqih praktis dalam kehidupan umat.

Fiqih Sunan Drajat bukan hanya berisi aturan hukum-hukum syariat semata, tetapi juga meliputi dimensi sosial, keadilan, kemaslahatan, dan empati terhadap sesama manusia, terutama kaum dhuafa, yatim, dan orang miskin. Beliau mengamalkan dan mengajarkan fiqih sebagai alat transformasi sosial, bukan sekadar ilmu tekstual.


1. Sumber dan Akar Fiqih Sunan Drajat

Sunan Drajat belajar langsung dari ayahnya, Sunan Ampel, serta mendapat pengaruh dari guru-guru besar yang mendalami mazhab Imam Syafi’i, yang menjadi mazhab utama di kalangan pesantren dan masyarakat Islam Nusantara hingga hari ini.

Fiqih Sunan Drajat bersumber dari:

  • Al-Qur’an
  • Hadits Nabi Muhammad ﷺ
  • Pendapat fuqaha (ulama fiqih)
  • Ijma’ dan qiyas
  • Tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan syariat

Beliau tidak memaksakan hukum Islam secara kaku, melainkan memahami konteks masyarakat, budaya, dan kondisi sosial. Inilah yang membuat dakwahnya diterima dengan luas oleh masyarakat Jawa kala itu.


2. Prinsip Dasar Fiqih Sunan Drajat

Fiqih Sunan Drajat memiliki beberapa prinsip utama yang menonjol:

a. Fiqih yang Membela Kaum Lemah

Sunan Drajat memandang bahwa syariat Islam harus membela kaum tertindas, fakir miskin, dan yatim. Oleh karena itu, ia memprioritaskan ajaran fiqih seperti:

  • Zakat, infak, dan sedekah
  • Wajib menolong orang kelaparan
  • Anjuran memberi makan anak yatim dan janda
  • Menyantuni orang sakit dan orang tua

b. Fiqih yang Kontekstual dan Realistis

Beliau tidak sekadar menyalin hukum dari kitab-kitab, tetapi menyaring dan menerapkannya sesuai realitas masyarakat. Misalnya:

  • Dalam persoalan pernikahan, beliau menghindari mahar yang memberatkan
  • Dalam hukum jual beli, beliau menentang riba dan penipuan
  • Dalam hukum waris, beliau mengedepankan keadilan dalam distribusi

c. Fiqih yang Menghidupkan Spirit “Empat Takon”

Sunan Drajat dikenal dengan ajaran sosial “Pitu Pitutur Luhur” yang mencerminkan nilai fiqih praktis. Empat di antaranya sering disebut sebagai “Empat Takon”, yaitu:

  1. Menehono teken marang wong kang wuto
    ➝ Beri tongkat pada orang buta (bimbing orang yang buta ilmu agama)
  2. Menehono mangan marang wong kang luwe
    ➝ Beri makan pada yang lapar (prioritas atas kebutuhan dasar manusia)
  3. Menehono busono marang wong kang wudo
    ➝ Beri pakaian kepada yang telanjang (memuliakan manusia)
  4. Menehono payung marang wong kang udan
    ➝ Beri perlindungan pada yang kehujanan (menolong dalam kesulitan)

Semua ini adalah manifestasi fiqih dalam bentuk sosial nyata.


3. Implementasi Fiqih Sunan Drajat dalam Masyarakat

Fiqih beliau tidak hanya diajarkan di pesantren atau majelis, tetapi diimplementasikan langsung dalam masyarakat. Contohnya:

  • Membangun lumbung sosial di masjid untuk membantu fakir miskin
  • Menyediakan tempat pengobatan gratis bagi rakyat jelata
  • Menghapuskan sistem kasta yang timpang secara hukum dan sosial
  • Menyusun sistem hukum adat yang sejalan dengan syariat Islam
  • Menjadikan masjid sebagai pusat layanan sosial, bukan hanya tempat sholat

Sunan Drajat memadukan ilmu fiqih dengan amal nyata. Ia lebih suka mendidik umat melalui keteladanan daripada sekadar ceramah. Inilah yang membuat fiqih beliau terasa hidup dan menyatu dengan kehidupan masyarakat.


4. Warisan Fiqih Sunan Drajat

Hingga kini, warisan fiqih Sunan Drajat masih hidup dalam kultur pesantren dan masyarakat Jawa, seperti:

  • Budaya sedekah bumi yang dimaknai sebagai rasa syukur kepada Allah (bukan syirik)
  • Tradisi tahlilan dan kenduri sebagai bentuk doa untuk yang wafat
  • Gotong royong sebagai wujud implementasi fiqih mu’amalah
  • Sikap toleran terhadap perbedaan fiqih di kalangan masyarakat

Beliau juga mewariskan nilai bahwa ilmu fiqih harus membumi, berpihak pada rakyat kecil, dan tidak boleh menjadi alat menindas orang miskin.


5. Relevansi Fiqih Sunan Drajat di Zaman Modern

Di era sekarang, fiqih sering diperdebatkan secara tekstual, padahal substansi fiqih adalah:

  • Menebar keadilan
  • Menjaga martabat manusia
  • Menciptakan keteraturan hidup
  • Mendorong kesejahteraan umat

Fiqih Sunan Drajat mengajarkan kita bahwa ilmu fiqih bukan hanya untuk dijadikan fatwa, tetapi harus menjadi alat pemberdayaan umat. Dalam dunia pendidikan pesantren masa kini, prinsip-prinsip fiqih Sunan Drajat dapat menjadi model:

  • Fiqih sebagai basis pengabdian sosial
  • Fiqih sebagai alat pemberdayaan ekonomi umat
  • Fiqih yang membangun peradaban kasih dan empati

Penutup

Fiqih Sunan Drajat adalah fiqih yang hidup — tidak hanya di kitab, tetapi di ladang-ladang, pasar, rumah, dan jalan-jalan. Ia mengajarkan bahwa agama harus menjawab kebutuhan manusia, bukan sekadar aturan hukum yang dingin.

Mewarisi fiqih Sunan Drajat adalah mewarisi semangat rahmatan lil ‘alamin, fiqih yang menyatukan langit dan bumi, tauhid dan sosial, ilmu dan pengabdian. Maka, di era disrupsi dan ketimpangan ini, kita butuh kembali menimba dari sumur warisan Sunan Drajat — seorang wali, ulama, dan fiqihwan sejati dari bumi Nusantara.

Aqidah Sunan Ampel

Pendahuluan

Sunan Ampel, atau Raden Rahmat, adalah salah satu dari Walisongo yang sangat berperan penting dalam meletakkan dasar keislaman di tanah Jawa pada abad ke-15. Beliau bukan hanya seorang da’i dan ulama besar, tetapi juga seorang pendidik, reformis sosial, dan peletak nilai-nilai tauhid yang kuat di tengah masyarakat yang saat itu masih sarat dengan kepercayaan animisme, dinamisme, dan sinkretisme Hindu-Buddha.

Memahami aqidah Sunan Ampel adalah suatu kebutuhan yang sangat penting di era modern. Bukan hanya karena beliau adalah salah satu tokoh sentral dalam Islamisasi Jawa, tetapi juga karena aqidah yang beliau ajarkan mencerminkan Islam yang murni, toleran, berakar kuat pada Al-Qur’an dan Sunnah, dan relevan sepanjang zaman.

1. Latar Belakang Aqidah Sunan Ampel

Aqidah yang diajarkan oleh Sunan Ampel merujuk pada Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dengan fondasi utama dalam ajaran tauhid murni seperti yang diajarkan oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Aqidah ini menghindari ekstremisme dalam memahami sifat-sifat Allah, serta menekankan keseimbangan antara akal dan wahyu.

Beliau lahir di negeri Champa (Thailand), dan menimba ilmu di Mesir dan Makah. Kemungkinan besar beliau juga mendapat pengaruh dari pusat-pusat Islam dar Maroko, Turki, Mesir, dan Uzbekistan yang saat itu telah berkembang menjadi pusat aqidah dan tasawuf Sunni. Oleh karena itu, pemikiran beliau merupakan sintesis antara keilmuan timur tengah klasik dan kearifan lokal Nusantara. Beliau bukan dari keluarga Ba’alawi, Yaman

2. Ciri-Ciri Aqidah Sunan Ampel

a. Tauhid yang Tegas dan Murni

Sunan Ampel menolak segala bentuk kesyirikan, perdukunan, dan penyembahan selain Allah. Dalam pengajaran beliau, tauhid adalah fondasi utama, bahkan sebelum syariat ditegakkan. Beliau selalu mengajarkan kalimat Lā ilāha illallāh sebagai pintu awal masuk Islam yang hakiki.

b. Menolak Bid’ah Dholalah, Tapi Bijaksana Terhadap Budaya Lokal

Beliau sangat selektif terhadap budaya. Bukan berarti beliau membabat habis tradisi lokal, melainkan menyaringnya melalui mizān syar’i (timbangan syariat). Tradisi yang bertentangan dengan tauhid seperti sesajen, tumbal, dan perantara jin dihapuskan. Namun tradisi sosial seperti kenduri, selamatan, dan tahlilan diselaraskan dengan niat ibadah dan doa.

c. Aqidah yang Melahirkan Akhlak

Bagi Sunan Ampel, aqidah yang tidak menumbuhkan akhlak hanya akan menjadi pengetahuan kering. Itulah sebabnya beliau mengajarkan aqidah dalam bentuk keteladanan dan pembiasaan. Para murid beliau dilatih bukan hanya dalam hal i’tiqad, tapi juga dalam berperilaku jujur, sabar, kasih sayang, dan istiqamah.

d. Tasawuf Sebagai Jiwa Aqidah

Sunan Ampel juga dikenal sebagai tokoh yang membawa tasawuf Sunni ke dalam dakwahnya. Tasawuf beliau adalah tasawuf yang berlandaskan syariat, bukan tasawuf bebas yang tidak terkendali. Dalam tasawuf beliau, maqam-maqam seperti taubat, wara’, zuhud, sabar, dan syukur diajarkan kepada para santri agar aqidah tidak hanya berhenti di lisan, tapi meresap dalam hati dan tindakan. Beliau pengikut Thoriqoh Naqsyabandiyah dan Kubrowiyah

3. Strategi Sunan Ampel dalam Mengajarkan Aqidah

a. Melalui Pesantren

Sunan Ampel mendirikan pesantren Ampel Denta di Surabaya, yang menjadi pusat dakwah Islam dan pengajaran aqidah. Tanah pesantren sekitar 15 Hektar, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Abu KH.M. Munawwir al-Qosimi. Di sinilah muncul tokoh-tokoh besar seperti Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Raden Patah, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati dan lain-lain. Pendidikan dilakukan secara sistematis dan berjenjang. Di Pesantren ini beliau mengajarkan kitab “Budiyah (Bidayatul Hidayah), Tafsir al-Jalalain, Kitab Ihya Ulumiddin. Ini berdasarkan kitab “Syaikhul Majnun”, yang ditulis oleh Sunan Drajat.

b. Melalui Pergaulan dan Dakwah Kultural

Beliau sangat bijak dalam berdakwah. Alih-alih menyerang keyakinan masyarakat secara frontal, beliau menyusupkan nilai-nilai tauhid ke dalam simbol dan budaya yang sudah akrab dengan masyarakat. Misalnya, menyisipkan doa dalam tembang-tembang, dan mengubah simbol-simbol animisme menjadi simbol-simbol Islam.

c. Membangun Akidah Umat Lewat Perubahan Sosial

Sunan Ampel juga mendorong aqidah melalui reformasi sosial. Beliau dikenal menolak pernikahan yang tidak sesuai syariat, memperjuangkan keadilan sosial, dan mendorong umat Islam menjadi pemimpin yang adil dan amanah. Beliau ide “Kafalah Yatim (Orang tua asuh Yatim)

4. Relevansi Aqidah Sunan Ampel di Era Modern

a. Melawan Syirik Modern

Di zaman modern, bentuk syirik telah berubah: dari menyembah berhala menjadi menuhankan materi, kekuasaan, teknologi, bahkan hawa nafsu. Aqidah Sunan Ampel tetap relevan dalam memurnikan keimanan umat di tengah sekularisasi.

b. Menyatukan Umat dalam Moderasi

Beliau adalah pelopor Islam wasathiyah (moderat). Aqidah beliau menyatukan golongan tradisional dan modern, salafi dan sufistik, dengan pendekatan yang hikmah. Ini sangat penting untuk meredam konflik sektarian di era digital saat ini.

c. Menanamkan Spirit Keilmuan dan Kepemimpinan

Dengan basis aqidah yang kuat, Sunan Ampel melahirkan generasi pemimpin dan intelektual yang menguasai agama sekaligus peka terhadap problem sosial-politik. Ini sangat dibutuhkan oleh generasi santri hari ini agar bisa tampil sebagai solusi bagi bangsa.

5. Penutup: Meneladani Aqidah Sunan Ampel, Menjadi Muslim Paripurna

Memahami aqidah Sunan Ampel bukan hanya mengenal sejarah, tapi menghidupkan warisan spiritual yang telah terbukti sukses membangun peradaban Islam di Nusantara. Aqidah beliau adalah fondasi yang kokoh, namun penuh kasih; tegas terhadap kemungkaran, namun lembut terhadap umat.

Di tengah zaman penuh tantangan dan kegamangan identitas, kita sebagai generasi pewaris Walisongo memiliki tanggung jawab besar: menghidupkan kembali semangat aqidah Sunan Ampel dalam dakwah, pendidikan, dan perjuangan umat Islam di Indonesia.

Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Pesantren Jadi Sorotan Nasional

Jakarta – Isu peningkatan mutu pendidikan di lingkungan pesantren tengah menjadi perhatian publik setelah viralnya video santri berprestasi internasional dari pesantren tradisional yang menyampaikan orasi ilmiah dalam tiga bahasa: Arab, Inggris, dan Indonesia. Momen tersebut menyulut gelombang dukungan dan sorotan terhadap pentingnya peningkatan kualitas pendidikan berbasis pesantren di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pesantren yang tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga mulai mengembangkan sistem pendidikan terpadu berbasis kurikulum nasional dan internasional. Hal ini dianggap sebagai langkah strategis untuk menjawab tantangan zaman sekaligus menjaga identitas keislaman dan kebangsaan.

Viralnya video tersebut mendorong berbagai kalangan—dari akademisi, tokoh masyarakat, hingga pemerintah—untuk menyoroti urgensi peningkatan mutu pendidikan di pesantren. Bahkan, Kementerian Agama RI turut angkat bicara.

“Kita sedang dalam proses memperkuat pendidikan pesantren melalui transformasi digital, peningkatan kompetensi guru, serta pengembangan kurikulum integratif yang menggabungkan keunggulan ilmu agama dan ilmu umum,” ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, dalam konferensi pers baru-baru ini.

Sementara itu, beberapa pesantren besar seperti Pondok Modern Gontor, Tebuireng, Sunan Drajat al-Qosimiyyah, hingga Al-Falah Ploso disebut sebagai contoh sukses pesantren yang mampu mencetak lulusan berdaya saing tinggi tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional.

Namun, di balik keberhasilan tersebut, masih terdapat tantangan besar: minimnya fasilitas, keterbatasan SDM pendidik, dan ketimpangan akses teknologi di pesantren pedesaan. Banyak pihak menyerukan perlunya kolaborasi antara pemerintah, ormas Islam, dunia usaha, dan masyarakat untuk mendorong akselerasi mutu pendidikan pesantren secara merata.

Tagar seperti #PesantrenBerdaya, #SantriMendunia, dan #RevolusiPendidikanPesantren sempat menjadi trending topic di media sosial, menunjukkan antusiasme masyarakat dalam mendukung pesantren sebagai pilar utama pendidikan Islam di Indonesia.

Para santri dan pengasuh berharap perhatian yang sedang viral ini tidak berhenti pada wacana, tetapi ditindaklanjuti dengan kebijakan nyata, pendanaan memadai, dan pelatihan berkelanjutan untuk mewujudkan pesantren sebagai pusat keunggulan pendidikan nasional.

Hello world!

Welcome to WordPress. This is your first post. Edit or delete it, then start writing!